Kisah Nyata – Aku berasal dari sebuah keluarga yang memprihatikankan.
Ayahku seorang penjudi, sehingga ibuku yang harus banting tulang demi
menghidupi keluargaku. Ibuku berprofesi sebagai penjual kue, aku pun
sering membantunya. Ia menjual dagangannya dari rumah ke rumah. Sejak
kecil aku merasa tertolak di lingkungan keluargaku, karena pernikahan
orang tuaku tidak direstui oleh keluarga pihak ayahku. Bahkan kami
tinggal di rumah berukuran 2 x 3 m dengan kondisi yang mengecewakan.
Ketikaku masih kanak-kanak, tidak ada figur seorang ayah dalam hidupku.
Ia sering berjudi. Jika ada di rumah, ia sering memarahi bahkan
menghajarku. Begitu juga dengan ibuku, aku sering menjadi tempat
pelampiasan kemarahannya ketika ia memiliki masalah dengan ayah.
Mencoba mengakhiri hidup
Tekanan-tekanan ini menjadikanku seorang pemberontak. Aku tidak mau
mendengarkan perkataan ayah dan ibuku. Karena begitu tertekan dengan
kehidupan yang kujalani, aku nekat mencoba bunuh diri dengan minum racun
serangga, namun tidak berhasil dan aku pun masih dapat diselamatkan
setelah dilarikan ke rumah sakit oleh pamanku.
Terjebak pergaulan buruk
Setelah lulus SMU, aku tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi karena tidak ada biaya. Di usiaku yang ke 17, aku harus mencari
pekerjaan. Karena kekurangan figur ayah dari kecil, akhirnya aku mencari
figur seorang ayah dari pacarku saat itu. Namun, karena sering ribut,
ibuku tidak menyetujui hubunganku dengannya sehingga aku merasa sangat
marah dan kabur dari rumah. Aku terjerumus ke dalam jurang dosa. Aku pun
mulai mengkonsumsi minuman keras, rokok, bahkan narkoba.
Kesombongan
Tahun 2002, aku mendapat panggilan dari pihak jasa penerbangan
komersil, Lion Air, untuk interview. Setelah melalui beberapa rangkaian
tes, aku dinyatakan lulus diterima menjadi seorang pramugari. Sejak saat
itu kehidupanku mulai membaik dan menjadikanku sombong dengan
keberadaanku saat itu. Dengan uang yang aku miliki, aku menggunakan
seluruhnya untuk bersenang-senang dan merasakan kehidupan yang belum
pernah kurasakan sebelumnya. Kurang lebih 2 tahun aku hidup bebas
seperti ini.
Bencana Menimpa
Sampai sewaktu ketika di awal
November 2004, aku merasa tiba-tiba ingin meninggalkan rumahku. Ketika
kukatakan hal ini pada ibuku, ia berkata bahwa ia juga pernah bermimpi
melihatku terbaring lemah di ICU dengan darah berlumuran di sekujur
tubuhku. Tetapi kami menepis firasat buruk itu. Ketika bertugas hari
itu, di dalam pesawat sempat aku merasakan sesuatu yang aneh. Aku
melihat seluruh wajah teman-temanku diliputi kegelapan dan menyeramkan
untuk dilihat. Namun lagi-lagi aku mengalihkan pikiranku dari firasat
itu. Saat itu cuaca memang tidak baik. Penerbangan kami kali ini
disertai dengan goncangan-goncangan kecil, hujan dan suara petir juga
terhalang awan-awan tebal.
Braaaakkkkk…..drrrkkkkkkssss…trraaaakkkkk…bunyi disertai dengan
goncangan sangat keras ini mengagetkan semua penumpang dalam pesawat.
Semua berteriak histeris. Suasana menjadi gelap dan barang-barang
berhamburan kemana-mana. Sementara terjadi goncangan itu, aku sempat
berteriak : “Tuhan, tolong aku…. Ada apa ini, Tuhan? Apapun yang
terjadi, tolong aku, Tuhan…” Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi
sampai akhirnya ada seorang bapak yang menemukanku di tumpukan para
korban kecelakaan lainnya yang telah meninggal. Kondisiku saat itu
sangat mengenaskan sehingga orang-orang mendugaku sebagai korban
pramugari lain yang meninggal. Aku pun dilarikan ke rumah sakit dan
sempat koma selama 8 hari, sampai akhirnya aku dibawa ke Singapura untuk
mendapatkan operasi dan perawatan intensif karena luka serius di wajah
dan kaki. Beberapa dokter telah kami datangi, namun semuanya mengatakan
aku sulit untuk disembuhkan karena tulang kakiku mengalami pembusukan
dan bernanah. Jalan satu-satunya menurut mereka adalah kakiku harus
diamputasi. Mendengar hal itu, aku dan ibuku terus membangkitkan iman
kepada Tuhan supaya aku tidak menjadi lumpuh karena tidak ada kaki lagi.
Tuhan menjawab doa kami, kakiku berhasil sembuh tanpa harus diamputasi.
Rasa senang itu tidak berlangsung lama karena setelah melihat wajahku
dicermin, aku berteriak histeris karena seperti melihat wajah monster
diwajahku sendiri. Banyak jahitan di sana sini dan tidak enak dipandang.
Selama menjalani pengobatan itu, aku mengeluh dan bertanya pada Tuhan,
“mengapa ini terjadi padaku.” Aku terus menyalahkan Tuhan dan berpikir
bahwa Ia tidak mengasihiku sama sekali. Tiba-tiba aku dipertemukan
dengan seorang laki-laki berusia 16 tahun. Ketika ia melihatku, ia
tertawa. Padahal selama ini orang-orang selalu menatapku dengan rasa
iba. “Hei..kenapa menertawaiku??” tanyaku. Ia pun menjawab : “tampangmu
sangat suram!” Ternyata remaja itu akan menjalani operasi, kakinya akan
diamputasi besok. Mengetahui hal itu, hatiku tersentuh dengan belas
kasihan dan mengintrospeksi diri sendiri. Jika dia saja bisa tertawa dan
bersyukur juga bersukacita padahal ia tahu bahwa ia akan menjadi orang
cacat sebentar lagi, mengapa aku tidak bisa mencontohi apa yang ia
lakukan? Aku pun sedikit terhibur dengan jawabannya itu..haha…
Aku dipulihkan
Remaja itu menginspirasikanku untuk menyadari betapa jahatnya aku
karena menyalahkan Tuhan atas kejadian ini. Sejak saat itu aku merasa
dipulihkan dan hatiku diubahkan sepenuhnya. Aku berdoa memohon ampun
pada Tuhan dan aku tahu Dia telah mengampuniku jauh sebelum aku meminta
ampun padaNya. Aku jadi lebih bersemangat dalam menjalani hidupku. Dan
aku yakin Tuhan pasti menolong dan menyembuhkanku. Walaupun hari-hari
pengobatan yang aku alami sangatlah berat dan melelahkan, tapi aku
berusaha menjalani dengan penuh sukacita. Perlahan tapi pasti,
kesehatanku dipulihkan seiring dengan pemulihan hidupku di dalam Tuhan.
Dan mukjizat kesembuhan yang ajaib terjadi padaku. Aku tidak cacat
seperti yang terbayang sebelumnya ketika aku melihat kaki dan wajahku
akibat tragedi pesawat beberapa waktu yang lalu.
Kehidupan keluargaku juga dipulihkan
Melalui peristiwa ini, keluargaku pun dipulihkan. Tuhan bekerja dengan
cara yang sangat luar biasa dalam hidup kami. Lewat mukjizat yang telah
Tuhan kerjakan dalam hidupku, aku menyerahkan seluruh hidupku padaNya
dan menjadi pelayan Tuhan di gerejaku saat ini. Tuhan bekerja begitu
ajaib dalam hidupku. Pengalamanku ini telah menjadi inspirasi dan
kekuatan bagi banyak umat Tuhan yang mendengarkan kesaksianku di
gereja-gereja.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Referensi : -Jawaban.com
-Facebook
ADS HERE